Tiga orang pemuda melamar untuk jadi intel BIN. Mereka bergiliran menjalani ujian lisan. Karena untuk jadi intel di Indonesia tidak diperlukan kecerdasan tinggi, pertanyaannya pun sederhana, tidak panjang lebar, menyangkut pengetahuan umum yang dasar. Tapi karena si penguji kebetulan orang Jawa yang doyan wayang, soal-soal hari itu berkenaan dengan cerita wayang saja.
Giliran pertama, Abu, seorang yang berasal dari Madura, masuk.
Si penguji bertanya: “Siapa yang menculik Sinta?”.
Jawab Abu: “Rahwana”. Abu lulus, dan diterima jadi intel.
Giliran ke dua Bustanul, pemuda yang berasal dari Sawahlunto.
Si penguji bertanya: “Siapa adik Rama yang mengikutinya hidup di hutan?”
Bustanul berpikir sejenak dan dalam hati mengutuk pertanyaan yang Jawa-sentris ini. Tapi ia bisa menjawab: “Laksmana”. Bustanul pun lulus, dan diterima jadi intel.
Giliran ke tiga adalah BeBe, bekas anggota ormas, berasal entah dari mana.
Si penguji bertanya: “Siapa yang bertanding dan akhirnya membunuh Rahwana?”.
Bebe terdiam, tidak menjawab, meskipun senyum terus. Sampai 10 menit. Akhirnya si penguji kehilangan kesabaran dan berkata: “Kamu boleh pulang sekarang, dan besok datang lagi dengan membawa jawabanmul”
Bebe pun keluar, dengan senyum terus. Di rumah dia ditanya oleh bapaknya, bagaimana hasil ujiannya jadi intel, kok senyum-senyum terus.
Jawab Bebe: “Bagus, Pak. Malah saya sudah dapat tugas untuk menyelidiki sebuah kasus perkelahian’’.